Salam Sukses!”
Mungkin kata ini yang muncul di pikiran saya ketika ngomongin tentang model bisnis multi-level marketing alias MLM. Ya… karena yang selama ini saya rasakan yang mereka jual bukan produk atau jasa, tapi iming-iming hidup sukses.
“Daripada kerjaannya cuma kuliah pulang, mending cari penghasilan sampingan.”
“Beberapa anggota kami sudah bisa beli kapal pesiar dan jalan-jalan ke Perancis.”
Siapa sih yang tidak tertarik kalau ditawari hal-hal macam itu?
Selalu Mengincar Orang yang Polos
Sebagai seorang yang Anti MLM, saya masih ingat ketika pertama kali diajak untuk ikut bisnis ini. Tepatnya tahun 2015 ketika masih jadi mahasiswa baru (maba) di salah satu universitas di Kota Malang.
Saat itu di pagi hari, saya duduk di depan perpustakaan sambil menunggu jam kuliah. Tidak lama kemudian, mungkin karena tahu saya adalah maba, orang MLM ini tiba-tiba datang dan mengajak berkenalan.
Kenapa tahu? jadi begini, tiap hari senin semua maba di kampus saya saat itu wajib menggunakan almamater (biar bangga).
Nah, layaknya singa yang melihat garis hitam-putih di tubuh zebra, para mahasiswa baru beralmamater yang terlihat polos inilah yang jadi target market mereka.
Mulai dari tanya nama, kota asal, jurusan. Anda dari Kediri? Mereka pasti akan bilang juga orang Kediri. Anda jurusan Psikologi? Mereka juga ngaku kuliah Psikologi. Intinya biar akrab dan ada kedekatan.
Kemudian mulai bercerita tentang organisasi tertentu yang katanya diikuti oleh banyak mahasiswa juga. Organisasi yang tidak cuma memberi ilmu tapi juga pemasukan tambahan, bahkan bisa untuk beli mobil baru, too good to be true.
Terakhir Anda akan diajak untuk mengikuti acara organisasi ini, langsung hari itu juga. Bahkan ada beberapa yang siap menjemput Anda jika tidak punya kendaraan sendiri. Sekalian minta nomor telepon untuk dihubungi nantinya.
Untungnya iman saya masih kuat, dan berhasil menolak permintaan orang-orang ini.
Lalu kenapa Saya jadi Anti MLM?
Karena saya tahu bagaimana cara bisnis ini biasanya mendapatkan keuntungan.
Jadi intinya semua ini dimulai dari satu orang (bisa juga lebih) yang menjadi pendiri perusahaan MLM ini.
Pendiri ini kemudian merekrut beberapa orang untuk membeli sebuah produk. Orang-orang ini kemudian dijanjikan akan mendapatkan keuntungan jika berhasil menjual produk ini ke orang lain, dan seterusnya.
Semakin berkembangnya bisnis ini, para rekrutan baru akan semakin kesulitan untuk menghasilkan keuntungan.
Sistem yang biasanya dipakai bisnis MLM, semakin ke bawah semakin sulit mendapatkan keuntungan.
Masih Bingung?
Coba bayangkan jika misalnya satu orang hanya perlu mengajak 6 orang bergabung untuk dapat keuntungan.
Pendiri perusahaan ini, sebut saja tingkatan pertama, akan merekrut 6 orang untuk bergabung.
6 orang pada tingkatan kedua ini akan merekrut 36 orang untuk bergabung.
36 orang pada tingkatan ketiga, akan merekrut 216 orang untuk bergabung.
Pada tingkatan ke-12, 2,1 miliar orang rekrutan baru, harus merekrut lebih dari 13 miliar orang untuk mendapatkan keuntungan.
Sekarang coba googling berapa jumlah manusia di muka bumi ini.
Makanya bisnis yang pasti-pasti aja, digital marketing misalnya.
Jangan Menyesal Karena Masih Ada Hikmahnya
Namun, meskipun saya tidak pernah ikut dan bahkan menjadi anti terhadap MLM. Harus saya akui ada ilmu berharga yang dapat dipelajari ketika ikut seminar dan jadi anggota bisnis ini.
Bahkan ada beberapa orang yang saya tahu, bisa sukses berbisnis gara-gara dulunya ikut MLM (bukan berarti Anda harus ikut MLM dulu baru bisa sukses).
Beberapa hal akan benar-benar dilatih lewat MLM, mulai pemasaran yang dapat mempengaruhi psikologi seseorang, cara membangun networking, hingga juga manajemen tim.
Manajemen tim? Kok bisa?
Terdapat sebuah cerita dari founder Mocca Animation Studio, Adithya Yustanto. Seorang yang kini memiliki lebih dari 100 orang karyawan.
Pada awalnya Adithya juga sering mengalami kegagalan dalam memanajemen dan memaksimalkan potensi timnya. Hingga akhirnya ia menggunakan sistem MLM.
Ingin tahu kisah lengkapnya, tunggu kisahnya, akan diterbitkan di Dakomagz #9, download di sini.
Jangan lupa sebarkan juga artikel ini ke ketiga teman Anda, dan minta mereka melakukan hal yang sama.
Biar semakin banyak orang yang sadar, untuk mau berpikir terlebih dahulu sebelum masuk ke bisnis MLM.