Kain perca, selembar kain kecil yang sering kali dianggap sebagai limbah, menjadi bahan utama pembuatan produk kreatif bagi sebuah komunitas kreatif yang berbasis di Malang, yaitu komunitas Mapaquilts. Komunitas ini memiliki fokus yang kuat pada kain perca dan seni menjahit, dan telah menghasilkan dampak positif dalam industri kreatif di Malang. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi lebih dalam tentang komunitas ini dan bagaimana mereka telah membantu mengangkat nilai kain perca.
Mengapa Kain Perca?
Salah satu pertanyaan yang muncul saat kami berkunjung adalah mengapa Mapaquilts begitu berfokus pada kain perca. Kain perca adalah potongan-potongan kecil dari kain yang mungkin tidak lagi digunakan atau terbuang begitu saja.
Mengapa mereka mengambil langkah ini? Pertama-tama, kain perca sulit terurai, mirip dengan plastik. Kain seperti ini dapat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk terurai secara alami. Oleh karena itu, menggunakannya untuk membuat produk seni yang lebih bernilai adalah langkah yang bijaksana dalam mengurangi sampah dan memanfaatkan sumber daya yang ada.
Awal Mula Terbentuknya Komunitas
Komunitas Kain Perca ini memiliki asal usul yang menarik. Pada tahun 2016, Badan Ekonomi Kreatif (Baparekraf) mengadakan pelatihan ekosistem perca di Malang. Saat itu, Malang tidak memiliki tradisi membatik atau menenun seperti daerah-daerah lainnya, sehingga kain perca menjadi fokus karena banyaknya industri garmen di kota ini.
Ibu Lusi, salah satu anggota komunitas, menjadi koordinator pada saat itu berhasil mengumpulkan peserta pelatihan yang sudah aktif di industri kreatif.
Setelah menjalani pelatihan selama tiga bulan, biasanya program semacam itu berakhir. Namun, Ibu Lusi dan teman-temannya merasa bahwa mereka harus melanjutkan perjalanan ini. Mereka ingin memanfaatkan pelatihan yang telah mereka terima untuk menciptakan lebih banyak karya dan potensi bisnis. Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengadakan pertemuan rutin mingguan dan membentuk sebuah komunitas.
Dari Pameran ke Bisnis Pribadi
Salah satu hal yang luar biasa tentang komunitas ini adalah bahwa mereka tidak membatasi anggotanya. Mereka memberikan kebebasan kepada individu untuk mengembangkan brand mereka sendiri. Misalnya, Ibu Tiwuk memiliki “Omah Quilting” yang bergerak di bidang dekorasi rumah dan juga Ibu Lusi, seorang pemilik usaha “Seroja” yang bergerak di bidang tekstil. Hal ini menjadi bukti bahwa Mapaquilts bukan hanya tentang seni, tetapi juga tentang mendukung pengembangan bisnis lokal.
Pentingnya Pelatihan dan Kreativitas
Setiap hari Rabu, komunitas ini menyelenggarakan pelatihan di Rumah Kreatif BUMN Malang. Tujuannya sederhana, yaitu untuk mengumpulkan ibu-ibu yang memiliki minat dalam seni kain perca dan membantu mereka mengasah keterampilan mereka. Kain perca yang digunakan dalam komunitas ini berasal dari berbagai sumber. Ada yang membeli sendiri dan ada yang memiliki stok pribadi.
Setiap potongan kain perca, sekecil apa pun, dianggap berharga dan tidak dibuang dan diolah kembali menjadi barang yang bernilai agar tidak menjadi sampah. Kain perca, yang pada awalnya tampak remeh, sekarang diolah menjadi produk bernilai tinggi seperti baju, bed cover, sarung bantal, wall hanging, dan bahkan bros. Harapannya adalah agar kain perca ini dapat “naik kelas” dalam dunia seni menjahit dan quilting.
Pameran Seni Kain Perca Malang
Agenda tahunan yang sangat dinantikan oleh komunitas Mapaquilts adalah pameran seni perca yang diadakan setiap dua tahun sekali. Pameran ini menjadi platform untuk mengenalkan karya-karya mereka kepada masyarakat dan menciptakan hubungan dengan para penggemar seni perca.
Komunitas Kain Perca di Malang adalah contoh nyata bagaimana limbah seperti kain perca dapat diubah menjadi sumber inspirasi, kreasi seni, dan peluang bisnis. Mereka mendorong penggunaan kain perca untuk menciptakan produk bernilai tinggi, sekaligus membantu anggotanya untuk berkembang sebagai pengusaha kreatif. Dengan komitmen mereka untuk mengadakan pameran seni perca secara berkala, mereka tidak hanya memperkuat komunitas mereka sendiri. Namun, juga menginspirasi orang lain untuk melihat potensi dalam hal-hal yang mungkin terlihat sepele seperti selembar kain perca.